Postingan

Pelan-Pelan, Aku Belajar Menerima

Pelan-Pelan, Aku Belajar Menerima Hari itu, dunia serasa menghentak kepalaku tanpa ampun. Aku duduk diam di ruang praktik dokter spesialis penyakit dalam, mendengar hasil diagnosis yang seakan menampar semua harapan dan mimpi yang kupelihara selama ini. “Fungsi ginjalmu menurun drastis. Kamu mengidap penyakit ginjal kronis stadium lanjut, dan harus mulai menjalani hemodialisis dua kali seminggu.” Aku tak langsung menangis. Tidak. Justru tubuhku beku. Otakku kosong. Seperti layar putih tanpa suara. Tapi ketika sampai rumah, semuanya pecah. Tangis, jeritan dalam hati, bahkan marah yang tak bisa dijelaskan. Aku merasa ini tidak adil. “Kenapa harus aku? Kenapa bukan mereka?” Aku bukan pecandu. Aku tak pernah menyentuh narkoba. Bahkan rokok pun aku jauhi sejak muda. Aku selalu menjaga kesehatan, minum air cukup, makan dengan pola yang lumayan baik. Tapi tetap, aku divonis harus hidup bergantung pada mesin cuci darah. Hidupku terasa runtuh. Mimpi-mimpiku sebagai guru desain komunikasi visual...